Mengapa sih jika kita bertakziah ke makam perlu untuk mendekat, melihat dan kadang turut mengusap nama yang tertera di batu nisan sanak family atau rekan kita tersebut?
Datang berdiri dan duduk untuk berdoa kepada sang ahli kubur yang bersemayam di tempat tersebut, kurang sah rasanya saat itu jika kita berdoa saat itu, tidak menghadap sisi depan yang ada nama sanak keluarga kita itu.
Alam bawah sadar manusia, kecenderungan perilaku kehadiran tanda/sign itu merupakan esensi dari keberadaan dalam wujud nama yang tertera tersebut : wakil dari orang yang bersemayam tersebut.
Sebuah nisan tanpa nama, selayaknya membeli produk tanpa merk, mengikuti komunitas tanpa wilayah, atau bisa jadi sebuah kota tanpa landmark.
Rasa rindu pulang kampung dan bertakziah ke makam leluhur tak sah jika belum bertatap muka dan berdoa didepan pusara dengan nama kerabat kita itu disana.
Belum afdol pula jika kita berkunjung silaturahmi ke saudara kita di kota lain, jika tidak mampir ke pusat kota dan tetenger khas di daerah sanak family kita tersebut.
Kehadiran penanda khas itulah yang mengejawantahkan keinginan manusiawi kita untuk selalu mencari benang merah mencoba terhubung dengan entahlah itu kita sebut produk, komunitas atau kota yang dimaksud.
Kadang kita menganak tirikan peran penting penanda ini. Sadarkah kita?
Selamat Idul Fitri 1439 H Mohon Maaf Lahir Batin.