Saat ini semakin mewabah destinasi wisata yang dibangun dengan tambahan spot selfie artifisial. Kita sadar bahwa sebenarnya background itu tidak asli, namun kita tetap saja tertarik mengabadikan diri di lokasi itu.
Kita sedang mengejar status, secara sadar atau tidak sadar, kita mereplikasi status itu di halaman social media
Kebutuhan menarik pengunjung di satu sisi, sementara di sisi lain mengemas destinasi sesuai keunggulan potensi.
Sebuah ayunan kayu yang diikatkan ke sebuah tiang atau pohon yang tumbuh di ujung jurang. Tanpa tujuan jelas apa manfaat hiasan bunga-bunga yang diselipkan diantara tambang / rantai pengikat ayunan tersebut, mempercantik? justru terlihat seperti dekorasi aneh dan terkesan dipaksa harus ada.
Keamanan? pasti, tapi justru kita kelak akan tertawa saat kita ingin terlihat gagah menaklukan bentang ketinggian, tapi sebenarnya kita terlalu banci untuk memperlihatkan apa yang terjadi.
Secara identitas menimbulkan gap antara lokasi dan wisatawan, menikmati identitas baru dengan cara kekinian. Mewabah mulai dari wilayah nusantara yang bukan daerah wisata, hingga ke Pulau Dewata semua ada. https://natantransport.com/taman-jinja/
Memang orang belibur, cenderung males berpikir, penginnya mereka bisa dapat lokasi wisata yang cepet dikases, cepet dibagi dan cakep menurut kacamata mereka.