Festival Dimarmaya
Dimarmaya berasal dari dua kata yaitu ‘dimar’ yang berasal dari bahasa sansekerta yang berarti lampu dan ‘maya’ yang diambil dari bahasa Jawa/Indonesia, yang artinya bayangan. Maka Festival Dimarmaya berarti festival lampu dan bayangan. Lampu dan bayangan tersebut dihadirkan melalui lentera-lentera yang dipasang pada instalasi bambu di kawasan Grand Maerakaca PRPP Semarang. Karena esensinya adalah permainan cahaya dan bayangan, kegiatan ini memang sebuah upaya menghidupkan malam hari di kawasan tersebut.
Lentera yang dipasang merupakan lentera khas kota Semarang yang yang biasa disebut dengan tengtengan. Bentuknya berupa prisma segi delapan yang unik dengan ornamen pada sisi luar dan berbagai macam bentuk siluet yang terlihat jelas saat lentera dinyalakan. Lentera semacam ini biasanya banyak muncul saat bulan Ramadan tiba.
Sejarah Tengtengan
Kota Semarang memiliki lentera khas dan berbeda dengan kota lain yang biasa disebut dengan tengtengan. Tengtengan pertama kali dibuat pada 1942 di kampung Purwosari Perbalan Semarang yang pada saat itu gelap tanpa penerangan. Kini kampung tersebut dikenal sebagai satu-satunya pusat pembuatan tengtengan di Semarang.
Tengtengan terbuat dari rangka bambu dan kertas yang membentuk prisma segi delapan dan berfungsi sebagai penerangan. Jika dilihat dari atas, lampion ini berbentuk bintang segi delapan atau Rub el Hizbyang sering dijumpai pada bentuk arsitektur atau kaligrafi yang berhubungan dengan agama Islam. Pada bagian dalam, ada rangka lain yang ditempel potongan kertas berbagai bentuk, mulai dari binatang hingga alat transportasi. Jika lilin yang berada di bagian tengahdinyalakan, udara panas akan memutar bagian dalam sehingga potongan kertas dengan berbagai bentuk itu akan berputar dan menghasilkan bayangan yang menarik untuk dilihat.
Sebutan tengtengan diberikan karena lampion ini biasa dibawa dengan cara ditenteng. Ada pula yang menyebut tengtengan berasal dari kata ting (sebutan lampion di kota Surakarta), sehingga tengtengan artinya adalah ting mainan karena selain sebagai penerang, lampion ini juga berfungsi sebagai mainan. Dahulu lampion ini biasa dipergunakan sebagai penerang ketika anak-anak hendak ke masjid atau mushola sebagai pengganti obor, terutama saat bulan Ramadan tiba.