Sebenarnya ini persoalan mudah ketika sebuah kegiatan music berkualitas diberi label GRATIS, orang akan berduyun-duyun datang ke ‘lapak’ kita.
Namun persoalan militansi fans ini seolah menjadi sebuah barier tak nampak yang harus dipikirkan ketika kita membuat sebuah brand yang akan membuat mereka bertemu di satu ‘lapak’ yang akan kita jual kepada calon pelanggan kita.
Jazz saja, Rock saja, atau Dangdut saja itu seolah sebuah pola umum yang ditempuh pihak penyelenggara untuk meramu sebuah kegiatan yang akan memanjakan pelanggannya. Sebut saja Djakarta Warehouse Project, Jazzgunung, Hammersonic, Java Jazz, Soundrenaline dsb. Satu nama terakhir brand ini sukses menyatukan genre ini di level nasional Soundrenaline yang tahun ini diadakan 3-4 September lalu di GWK Bali. Namun jika brand yang mengusung berbagai genre ini diadakan sebagai bagian dari upaya mengangkat industri kreatif dan tourism di sebuah kota, layaknya nama yang cukup mencuat belum tampak.
Ini adalah tahun kedua kegiatan Semarang Jelajah Musik – Semarjamu ini mengusung musisi berkelas di Indonesia : Pyong-pyong, Aljabar, Absurdnation, BB Ways, Hit n Run & Sereal ( musisi dari kota Semarang ) Dhira Bongs-Bandung, Tony Q dan Gigi. Kehadiran ribuan warga meski hujan deras tak menyurutkan mereka beranjak dari depan tribun, patut diacungin jempol saat Mas Tony Q dilanjut Kang Arman dkk Gigi band dengan penuh totalitas dan energik ‘membakar’ pengunjung semarang ditengah hujan deras itu. 6170 pengunjung halaman balaikota Semarang tercatat malam itu tak beranjak hingga pertunjukan usai.