Mendengar gaya stilisasi dalam seni visual di dunia Islam memang sudah lama kita kenal. Ornamen ukir kayu di pintu, kusen, lubang penghawaan dan bouvenlicht, pola mozaik dinding rumah, istana dan masjid, tidak asing kita lihat.
Ternyata di seni pembuatan kain batik, ragam hias yang mengadaptasi gaya stilisasi Islam yang melarang penggambaran utuh mahluk hidup ini ada dan sudah lama berkembang di pantura pulau Jawa, tapatnya di Kota Batang. Konon katanya ragam hias ini seusia dengan pendirinya Kyai Rifai yang ajarannya masih banyak dianut oleh pengikutnya yang tersebar di pantura dan Jawa Tengah. Ditengarai di akhir abad 18 dan selini masa dengan Pangeran Diponegoro dengan perang jawanya itu. Ragam hias ini menghasilkan motif yang unik berupa visualisasi hewan unggas, mamalia, bunga dan tanaman dalam bentuk yang imajinatif yang sekilas kita hampir bisa menebak namun sedetik kemudian kita surut karena ragam hias yang indah ini bisa multitafsir bentuk dari cara pandang kita melihatnya. Segi pewarnaan memang masih memegang teguh prinsip warna alamai coklat sogan gaya Jogja-Solo, Merah Darah Lasem dan Biru Pekalongan, beberapa ada hijau Semarang semburat yang sedikit bercerita tentang batik Tiga Negeri pada masa keemasannya. |