Bermula dari legenda China tentang ikan koi yang berenang mendaki melawan arus, lalu menjadi naga. Menurut masyarakat Jepang, ikan koi memiliki makna filosofi yaitu dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya, dapat membawa kesuksesan, kekayaan, kelancaran dalam usaha, dan kesuksesan dalam urusan asmara. Selain itu ikan koi juga di jadikan lambang dalam festival Koinobori, yaitu festival tahunan di Jepang untuk menyambut datangnya Tengo no Sekku atau Kodomo No Hi yang merupakan tradisi di Jepang dan selalu dirayakan pada tanggal 5 mei. Dengan mengibarkan Koinobori diharapkan anak laki-laki mereka tumbuh kuat dan sehat, seperti Koinobori yang dikibarkan di tiang, tetap kuat bergerak-gerak walaupun tertiup angin.
Seperti halnya Grand Maerakaca yang memiliki beragam hias motif nusantara dengan berbagai macam anjungan yang ada di Jawa Tengah ini memiliki luas 23,84 ha dengan potensi angin yang begitu besar. Dengan harapan dengan mengibarkan Koinobori di beberapa sisi Grand Maerakaca memiliki makna semua kegiatan yang ada di Grand Maerakaca memiliki kelancaran dan sukses pada akhirnya.
Ada 3 motif yang dibuat :
Dayak Kalimantan : Pakis berpadu dengan ikan Pesut. Pesut merupakan ikon dari Provinsi Kalimantan Timur yang keberadaannya terancam punah. Motif berikutnya adalah motif Pakis. Motif ini memiliki makna mengenai keabadian hidup. Penciptaan Motif ini terinspirasi dari tumbuhan Pakis (Polystichum setiferum). Bentuk motif ini meliuk-liuk seperti halnya tumbuhan Pakis.
Sunda Kecil : Sumba dengan mengambil inspirasi ragam hias dari teknik tenun berbentuk ikan. Motif khas tenun yang menghasilkan desain bergaris lurus dan patah-patah, menjadikan desain yang berbasis tenun ini unik dan khas.
Batik Jawa : Mengambil inspirasi batik pesisir Cirebon, warna-warna khas pantura, serta ragam hias yang banyak ditemukan dalam ornamen bangunan dan candi, dibenamkan kedlama desain motif ini.